Aliran Asy’ariyah tidak dapat menerima faham ini karena bertentangan dengan faham kekuasaan dan kehendak mutlak Tuhan. Al-Ghazali menegaskan bahwa Tuhan tidak berkewajiban berbuat baik dan terbaik bagi manusia. Aliran Maturidiyah, kedua golongannya tidak menerima faham Mu’tazilah.13. c. Beban di luar kemampuan manusia 1. Kehendak mutlak Tuhan bersifat universal. Ini berarti bahwa kehendak-Nya berlaku untuk semua makhluk dan peristiwa di alam semesta. 2. Kehendak mutlak Tuhan adalah kehendak yang sempurna. Tuhan tahu segala hal dengan sempurna dan menjalankan kehendak-Nya tanpa cacat, kesalahan, atau kekurangan. 3. Kehendak mutlak Tuhan adalah kehendak yang adil. Ibrani 13:7-21. “Yesus, Tuhan kita, kiranya memperlengkapi kamu dengan segala yang baik untuk melakukan kehendak-Nya, dan mengerjakan di dalam kita apa yang berkenan kepada-Nya,” (Ibrani 7:21) Pada masa kini pikiran manusia makin hari makin gelap sehingga timbul rupa-rupa kejahatan. Hati banyak orang cenderung mulai menjadi gelap, sehingga Manusia adalah makhluk Allah yang dikurniakan dengan akal, kehendak, kebebasan, dan kemampuan untuk melakukan sesuatu atau perbuatan dalam batas-batas tertentu, tetapi pekerjaan manusia pada dasarnya bukanlah suatu tindakan pengaruh yang sebenarnya kerana amalan manusia dan perbuatan mereka adalah ciptaan Allah SWT. Kehendak bukanlah kesadaran satu orang; dengan kematian seseorang kesadaran menghilang, tetapi kehendak tidak. Kehendak sebagai "sesuatu dalam dirinya sendiri" ( filsafat Immanuel Kant memiliki pengaruh besar pada Schopenhauer) merupakan esensi manusia yang dalam, nyata, dan tidak dapat dihancurkan. Kehendak adalah asal mula kehidupan. Ayat-ayat tersebut difahami Asy’ari sebagai peernyataan tentang kekuasaan dan kehendak mutlak Tuhan. Kehendak Tuhan mesti berlaku. Bila kehendak Tuhan tidak berlaku, itu berarti Tuhan lupa, lalai, dan lemah untuk melaksanakan kehendak-Nya itu, sedangkan sifat lupa, lalai, apalagi lemah, adalah sifat muchal (mustahil) bagi Allah. Pengertian Qadha dan Qadar – Dalam pengertian sehari-hari qadha dan qadar merupakan dua buah kata yang mempunyai arti yang hampir sama. Karena itu, qadha dan qadar sering disebut juga dengan takdir, yang artinya ketentuan Allah swt. Ditinjau dari segi bahasa qadha artinya ketentuan atau ketetapan (Q.S. Bani Israil 4). Segala puji hanya milik Allah, shalawat, salam dan keberkahan atas Nabi Muhammad, keluarga dan para sahabat beliau. Amma ba’du. Menyatakan dua kalimat ini secara mutlak: Tidak memiliki kehendak (musayyar), ataukah memiliki pilihan (mukhoyyar) sebagai sifat manusia merupakan pernyataan yang baru dalam agama, tidak tertera dalam Al-Qur`an maupun As-Sunnah Al-Muthahharah (suci), yang mensifati CgGTl.